Abad Modern: Pengulangan “Sumerisme”
Apa yang dialami umat manusia 5.000 tahun yang lalu
diulang lagi sejak dua abad terakhir ini, tetapi dengan tingkat intensitas dan
ukuran yang jauh lebih hebat. Laju perkembangan peradaban umat manusia karena
“Sumerisme” adalah sedemikian tingginya, sehingga sesuatu yang sebelumnya
terselesaikan dalam hitungan waktu ribuan tahun kini dapat rampung dalam
ratusan tahun saja. Jauh lebih tinggi adalah laju perkembangan peradaban
manusia setelah timbulnya Abad Modern: apa yang dulu memerlukan ribuan tahun
untuk menyelesaikannya sekarang dapat tuntas hanya dalam jangka waktu puluhan
atau malah satuan tahun. Dengan kata lain, Abad Agraria dari Sumeria itu
mempercepat perkembangan peradaban umat manusia secara deret hitung, sedangkan
Abad Modern ini melecutnya secara deret ukur. Karena itu adalah amat logis
bahwa krisis umat manusia secara keseluruhan akibat Abad Modern ini jauh
lebih hebat berlipat ganda daripada gejolak akibat timbulnya pola kehidupan
baru dari Sumeria dalam bentuk peradaban kota berdasarkan keagrarian 5000
tahun yang lalu.
Peninjau yang Westernistik mengira bahwa Abad Modern
dan Teknikalismenya itu merupakan sesuatu yang secara istimewa hanya bisa lahir
di Barat, yakni Eropa, dan dengan nada simplistik kemudian mereka menariknya ke
belakang sampai ke peradaban Yunani dan Rumawi kuna (“Graeco Roman
Civilizations”). Lebih tidak benar lagi ialah pandangan bahwa Modernisme
itu merupakan “genius” peradaban Yahudi-Kristen (“Judeo Christian
Civilizations”). Seperti halnya Abad Agraria yang dimulai oleh bangsa
Sumeria yang tidak mungkin ada tanpa lebih dahulu terdapat kebudayaan pertanian
(tanpa kota) pada kelompok-kelompok manusia di Mesopotamia dan sekitarnya,
tinjauan dengan menggunakan wawasan sejarah kemanusian sejagad, seperti dilakukan
oleh Hodgson, membuktikan bahwa Abad Modern ini, sekalipun sangat radikal,
masih merupakan kelanjutan wajar perkembangan peradaban dunia seluruhnya.
Karena itu Modernisme, jika toh tidak timbul di suatu tempat tertentu
seperti di Eropa Barat Laut, tentu akan timbul di tempat lain. Seandainya tidak
timbul di Eropa Barat Laut seperti telah terjadi, Abad Modern itu diperkirakan
sangat mungkin muncul setidaknya di dua tempat lain, yaitu Cina (di bawah dinasti
Sun yang menemukan kompas dan mesiu serta melancarkan program industrialisasi
pertanian) dan negeri-negeri Islam, yang memiliki kesiapan intelektual paling
tinggi. Lebih-lebih berkenaan dengan Dâr al-Islâm, abad Modern dapat
dengan mantap dipandang sebagai kelanjutan langsungnya, terutama dilihat
dari segi pola kehidupan sosial-ekonominya sebagai masyarakat berkota (citied
society).
0 Comment