PPRPM
Selamat Datang di Website Resmi Pusat Penelitian Riset dan Publikasi Mahasiswa

Rabu, 12 April 2023

BERATNYA SEBUAH IBADAH

Kalau diperhatikan secara sepin­tas, ibadah puasa terkesan berat dan menyusahkan: harus menahan makan dan minum, serta hubungan seks sejak fajar terbit hingga matahari terbenam, yang kese­luruhannya adalah kebutuhan dasar manusia. Namun, kalau kita bandingkan dengan ibadah lain dalam Islam, seperti ibadah haji, maka sebenarnya juga sama. Apalagi melakukan ibadah haji pada zaman dahulu kala ketika belum ditemukan kapal mesin, sehingga menunaikan ibadah haji benar-benar merupakan perjuangan yang sangat hebat. Inilah barangkali alasannya, gelar haji kemudian begitu berarti—dicantumkan di depan nama, khususnya bagi bangsa Indonesia. Padahal di negara-negara lain, apalagi di Arab, gelar haji hampir tidak ada.

Ibadah haji sesungguhnya hanyalah ritual berupa kunjungan wisata ke monumen-monumen Allah Swt.—dalam idiom Al-Quran dinamakan sya‘â’ir, bentuk jamak syi‘âr, yang memiliki arti sama dengan monumen. Lewat wisata ke monumen-monumen Allah Swt. tersebut, maka orang beriman dituntut untuk dapat mempelajari, menarik pelajaran sejarah perjuangan para Nabi dan Rasul Allah Swt. dalam menegakkan kalimat atau agama Allah Swt.

Sekali lagi, perlu kiranya diingat bahwa hakikat ibadah dalam Islam bu­kanlah untuk memenuhi ke­pen­tingan Allah Swt. sama sekali, me­lain­kan demi memenuhi kepen­tingan manusia sendiri. Dengan be­gitu, Allah Swt. mustahil ber­mak­sud menyusahkan hamba-Nya. Iba­dah puasa, dari pesan-pesan yang ter­kandung di dalam­nya, justru me­ru­pakan perwujudan sebuah karunia dan kasih sayang Allah Swt. da­lam rangka me­ningkatkan ke­pe­kaan ruha­niah—salah satu dimensi manusia yang sangat penting.

Selama menjalankan ibadah puasa secara benar, tidak saja dalam pe­ngertian benar dari kaca mata fiqhîyah atau lahiriah, seseorang di­ha­rapkan akan memiliki ruhaniah yang sangat sugestif. Dengan de­mikian, dapat dilihat bahwa orang yang berpuasa pada hakikatnya se­dang menjalankan latihan atau olah ru­­haniah, spiritual exercise, se­hing­ga dirinya merasa dekat secara ru­ha­niah dengan Allah swt. Sebagai implikasinya, dia akan selalu merasa diawasi, diperhatikan, dan dipeduli­kan oleh Allah Swt. karena merasa­kan sebuah kedekatan dengan Allah Swt.

Sikap yang demikian itu—dekat se­cara ruhaniah dengan Allah Swt.—menjadi ciri orang yang takwa, sebagaimana dinyatakan da­lam Al-Quran, Sungguh, mereka yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah”, kemudian tetap berpegang teguh (pada agama), mereka tak perlu khawatir, tak perlu sedih (Q., 46: 13).

 

0 Comment