PPRPM
Selamat Datang di Website Resmi Pusat Penelitian Riset dan Publikasi Mahasiswa

Jumat, 14 April 2023

 

Berdialog dengan Orang Yahudi

Di Madinah banyak orang Yahudi yang berbahasa Arab. Itu tidak mengherankan karena bahasa Ibrani sendiri sudah mati lama, barangkali sudah hampir seribu tahun, ketika Nabi hidup. Yang aneh adalah bahwa satu-satunya bahasa yang ribuan tahun telah mati justru sekarang dihidupkan kembali dan benar-benar hidup, adalah bahasanya Israel sekarang ini.

Nabi Isa saja tidak berbicara dengan bahasa Ibrani, melainkan dengan bahasa Aramia atau Aramic, kecuali ketika membaca kitab suci. Jadi bahasa Ibrani itu bahasa mati dalam arti hanya tertulis seperti bahasa Sanskerta, bahasa Latin, atau bahasa Yunani sekarang ini. Memang aneh, karena fanatiknya, Israel berhasil menghidupkan kembali bahasa Ibrani. Tetapi bahasa Ibrani yang sekarang adalah bahasa Ibrani yang sudah banyak sekali terpengaruh bahasa Arab. Artinya, tatanamanya (nomen­clature) lebih banyak yang mengandung kata-kata bahasa Arab, sebagaimana terjadi pada bahasa Persi.

Nabi sering berdialog dengan orang Yahudi sebagaimana dengan orang Arab. Kadang-kadang Nabi pergi ke Sinagog—atau bahasa Ibraninya, Kenisat, yang sekarang menjadi nama gedung parlemen di Israel, sebab Kenisat itu artinya memang gedung pertemuan. Dalam salah satu riwayat disebut­kan bahwa seorang Yahudi memberikan salam kepada Nabi, “Salâm ‘alayka yâ Muhammad” (Salam kepada engkau ya Muham­mad). Tetapi seorang sahabat yang kelewat bersemangat memukul orang itu. Kata sahabat itu, “Itu kan Rasulullah, kenapa kamu menyebut Muhammad saja?” Orang Yahudi itu menjawab, “Kalau saya menyebut Rasulullah itu berarti saya orang Islam, tetapi saya kan bukan orang Islam, sehingga saya memanggil namanya saja seperti yang diberikan orang tuanya.” Ternyata kemudian Nabi memang membenarkan. Nabi berkata, “Ya benar, memang nama saya Muham­mad, tidak apa-apa”.

Banyak lagi hadis yang men­ceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw. itu sering berdialog dengan orang-orang Yahudi. Kadang-kadang dialog itu bahkan bernada guyon. Misalnya, sebuah ilustrasi menggambarkan bahwa orang Yahudi bertanya mengenai akhirat, tetapi kemudian dijawabnya sendiri pertanyaan itu; terkadang pertanyaan dan jawaban itu lucu sehingga Nabi tertawa-tawa. Jadi ada keakraban pada waktu itu. Cuma sayang karena ada faktor-faktor lain, hubungan itu terkesan seakan memburuk. Ini juga yang terjadi pada orang Islam di Amerika.

0 Comment